يلوم رجالٌ فيك لم يعرفوا الهوى وسيان عندي فيك لاحٍ وساكت
يقولون جانبته التصاؤن جملةً وأنت عليه يالشريعة قانت
فقلت لهم هذا الرياء بعينه صراحاً وزي للمرائين ماقت
متى جاء تحريم الهوى عن محمدٍ وهل منعه في محكم الذكر ثابت
إذا لم أواقع محرماً أتقي به مجيئي يوم البعث والوجه باهت
فلست أبالي في الهوى قول لائمٍ سواءٌ لعمري جاهزٌ أو مخافت
وهل يلزم الإنسان إلا اختياره وهل بخبايا اللفظ يؤخذ صامت
Mereka
yang tak mengerti akan cinta berebut mencaciku #
Padahal
cercaan atau diamnya mereka bagiku tetap sama.
“Memalukan!!”
ujar mereka, untukmu meninggalkan segalanya #
Sedang
dirimu lebih paham akan hukum agama.
Aku
berkata “Itu hanya sekedar anggapan kalian...” #
Yang
tak lebih dari pandangan para pencaci.
Sejak
kapan pelarangan akan cinta tiba dari Muhammad (ShaLlahu alaihi wassalam)#
Dan
apakah goresan ayat suci menetapkan pelarangannya??
Jika
memang aku tidak melakukan pelarangan..#
yang
menyebabkan pucatnya wajah saat hari kebangkitan.
Maka aku tak peduli akan hinaan mereka akan cintaku
#
Tak ada beda bagiku olokan yang mereka tampakkan
atau samarkan.
Apakah itu kesalahan manusia saat ia sendiri yang
tak kuasa #
Dan apakah
kita menyalahkan ucapan sunyi seorang bisu?
Bagi Ibnu Hazm cinta sejati merupakan rasa butuh
yang tidak dibuat-buat, memenuhi hati yang suci, jiwa yang bersih dengan
keindahan, maka hal itu bukanlah merupakan suatu kehinaan tatkala seseorang
merasakan cinta siapapun ia tua-muda, pria-wanita, alim-jahil.
Lahir sesaat sebelum matahari terbit pada hari rabu terakhir
pada bulan Ramadhan 384 H/994 M, di Cordova, Andalusia - Taman surga kita yang
hilang-. Dikatakan bahwa Ibnu Hazm berasal dari Persia dan bahwa kakek-kakeknya
adalah Maoula (budak yang dimerdekakan) Yazid ibn Abu Sufyan, gubernur
Muslim pertama Suriah di bawah Khalifah kedua Umar bin al-Khattab dan kakak
dari Mu'awiyah yang kemudian menjadi khalifah dinasti Umawiyyah, karena
hubungan tersebut maka keluarga Ibnu Hazm menjadi pembesar (menteri) di
Andalusia dan masuk dalam lingkungan elite kerajaan.
Mendapatkan fasilitas sebagaiamana keluarga kerajaan,
tinggal di rumah yang megah bertempat di dataran tinggi menghamparkan
pemandangan seluruh Cordova, penuh dengan keluarga besar serta dayang-dayang
yang melayani merupakan gambaran kehidupan awal Ibnu Hazm.
Namun keadaan berubah, saat kekuasaan Umawiyyah di
Andalusia terganggu oleh fitnah yang berasal dari komunitas Barbar dan Saqaliba
(Tawanan perang yang berasal dari Eropa Timur) hingga berakhirnya Dinasti
Umawiyyah di Andalusia dan berlakunya kekuasaan raja-raja kecil.
Pergantian kekuasaan yang terjadi tidak mengakibatkan
Andalusia ini kehilangan gairah keilmuannya justru sebaliknya letak
geografisnya yang sangat strategis membuatnya seperti Baghdad di Timur,
berbagai ras dan agama berkumpul baur menjadi satu layaknya Al-Madinah
Al-fadhilah milik Al-Farabi.
Berawal dari keluarga dan para dayang di rumahnya yang
megah, Ibnu Hazm mengawali masa belajarnya dengan membaca, menulis serta
menghafal Al-quran dan Syair. Hal ini pula yang mendasari penulisan Thauqul
Hamamah (Cincin Merpati buku yang berisi tentang hakikat cinta), dengan
seringnya bergaul dengan wanita membuat ia mengerti akan rahasia-rahasia yang
tidak banyak diketahui orang. Lalu pencarian ilmunya ia lanjutkan dengan
mengkaji hadits, fiqh, logika dan lainnya.
Cordova sebagai pusat keilmuan ditambah pribadinya
yang cerdas menjadikannya seorang yang mumpuni bukan hanya dibidang fiqh namun
diberbagai disiplin ilmu lainnya seperti sastra, logika dan teologi.
Kemandiriannya dalam berfikir membuat ia menjadi
pribadi yang kontroversial, pada mulanya ia menganut fiqh berfaham Maliki sebagai madzhab mayoritas Andalusia saat itu,
lalu ia berpindah mengambil madzhab Syafi’i hingga akhirnya ia menetapkan
menjadi penganut madzhab Dzahiri yang dibawa oleh Daud ibn Ali dengan corak
tekstual total serta menolak analogi dalam islam. Namun menurut Ustadz Muhammad
Abid al-Jabiri “pernyataan bahwa pemikiran
Ibnu Hazm yang hanya terbatas ‘pengikut’ atau hanya pemilik permikiran
‘Dzahiri’ dalam bidang fiqh merupakan pernyataan yang bukan hanya menodai
kebesaran ilmunya, namun –dan ini lebih berbahaya- merusak perjalanan
kebudayaan islam dan melemahkan pergerakan baru yang sejatinya mempunyai
pengaruh sangat besar bagi kebudayaan Islam.”
Ke-tekstualis-an
dan penolakan terhadap qiyas Ibnu Hazm bukan berarti pengekangan dalam
penggunaan akal sebagaimana anggapan yang berkembang , justru ia sangat
menjunjung akal dan penggunaanya tentunya sesuai dengan porsi.
“Dengan dasar apa kalian
mengetahui kebenaran apa yang kalian yakini? Agama tauhid kalian?bukti
kenabian? Apakah dengan atau tanpa akal? Dengan dasar apa kalian mengetahui
kebenaran kabar yang sampai? Jika dijawaban ‘dengan tanpa akal..’ maka cukuplah
bagi kita diam, sebab tak ada guna kitaa berbicara pada orang yang mabuk, gila
serta tersesat. Jika dijawab ‘dengan akal, aku mengetahui yang aku ketahui’
maka sesungguhnya kita telah meninggalkan faham yang sesat dan berbahaya”.
Keaslian pemikiran yang dimilik Ibnu Hazm bukan hanya
menarik para penuntut ilmu agama pada masanya, pun para orientalis seperti
Ignaz Goldziher, Roger Arnaldez, Yvon Linant de bellefonds dan lainnya
menjadikan Ibnu Hazm sebagai rujukan terutama pandangan Ibnu Hazm terhadap
teks.
Misal Roger Arnaldez berpendapat bahwa teori Ibnu Hazm
tentang teks bercorak nominalisme, hal ini mendasari penolakan Ibnu Hazm
terhadap qiyas sebab; jika nama hanya menunjukan sesuatu bukan kualitas
(esensi), maka perintah Tuhan terhadap sesuatu tidak bisa dianalogikan terhadap
lainnya meski memiliki esensi yang serupa.
Ibnu Hazm telah menorehkan tinta emas bagaimana Taman
surga kita yang hilang itu tervisualisasikan lewat syair-syairnya dalam Thauqul
Hamamah dan genuine-nya pemikiran ahli Andalus dalam Al-Ihkam,
Al-Muhalla dan Risalah-risalahnya. Lahul fatihah
Wallahu ‘alam
Doi yang
bernama lengkap rifQi maula ini, adalah pelajar yang sedang merampungkan
jenjang s2 nya di Univ Hassan Sannie Casablanca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar