Dengan menyebut nama
Alloh yang maha pengasih lagi maha penyayang,
Segala puji hanya milik
Alloh,
Semoga kita dijadikan
hamba yang senantiasa bersyukur atas segala limpahan nikmat dan karunia Nya,
terutama nikmat Islam, Iman, dan nikmat berada diatas Sunnah, sebagaimana yang
telah terucap dari Imam Ahmad rahimahullahu ta’ala :
(لا
أدري من أي النعمتين أفرح نعمة الإسلام أم نعمة السنة)
“Saya tidak tahu diantara dua nikmat manakah yang aku berbahagia
padanya, diatas nikmat islam atau diatas nikmat Sunnah”.
Dan juga diantara
nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hamba-Nya adalah nikmat bersemangat
dalam menuntut ilmu Allah, karena ilmu adalah kebutuhan untuk hati kita, tanpa
ilmu hati kita takkan hidup, tanpanya kita takkan bisa mengenal Allah, dan tanpanya
kita takkan bisa mengetahui tujuan hidup kita.
Untukmu yang
mendambakan sanjungan,,,
Untukmu yang
memprioritaskan bilangan nilai,,,
Untukmu yang
mendedikasikan hidup untuk yang dihinakan Tuhan,,
Untukmu yang mencari
kebahagiaan di dalam sebuah nominal yang nantinya kau rencanakan untuk
melanjutkan kehidupan,,,
Untukmu yang selalu
tersalah memproyeksikan ego dalam
mengais kenyamanan,,,
Untukmu yang
mendominasikan keinginan diatas tujuan,,,
Untukmu yang mencitakan
hasil dengan proses instan,,,
Untukmu yang tak pandai
menuntun emosimu dalam menyikapi ke-aneka ragaman persoalan,,,
Telah
tersajikan sebuah karya dari seorang ulama yang sangat pantas di abadikan
dengan tinta emas, ialah nasehat imam al-‘allaamah Ibnu Qayim al-Jauziyah dalam
kitabnya "فوائد
الفوائد" , yang beliau bahasakan dengan kalimat “عشرة أشياء ضائعة لا
ينتفع بها”
(sepuluh perkara yang tidak ada manfaatnya) :
1. “علم لا يعمل به”
(ilmu yang tidak diamalkan).
Sudah berapa lamakah kita menghabiskan umur kita untuk
menuntut ilmu? Dan dari ilmu tersebut sudah berapa banyak yang kita amalkan
dalam kehidupan kita? Ataukah malah ilmu tersebut kita jadikan sarana untuk
berbangga diri dengan banyaknya riwayat? Berbangga dengan banyaknya hafalan?
Untuk apa ilmu tersebut hanya sebatas dijadikan ajang untuk kebanggan dan ‘ujub?
Ialah ilmu yang tidak bermanfaat.
Bukankah ibnu mas’ud telah
berkata :
“ليس العلم بكثرة
الرواية, إنما العلم الخشية” tidaklah ilmu itu dengan banyaknya
hafal riwayat, melainkan ilmu adalah yang menimbulkan rasa takut kepada Allah
ta’ala. Mungkin
banyak dari kita yang sudah cukup lama menuntut ilmu Alloh, akan tetapi kita
sering malah terlupa dengan tujuan kita menuntut ilmu Alloh tersebut, sering
kali ilmu tersebut hanya membuat kita merasa lebih baik dari orang lain bahkan
sampai kita berani meremehkan orang yang keilmuannya berada dibawah kita,
bersabda Rasulullah : “"الكبر
بطر الحق وغمط الناس , kesombongan itu menolak kebenaran dan menganggap remeh
manusia. Ilmu yang tidak diamalkan ialah ilmu yang tidak ada manfaatnya, bahkan
bisa jadi boomerang untuk pelakunya, sebagaimana Rasulullah bersabda: “القرآن حجة لك أو عليك” , Al-quran itu menjadi hujjah
yang akan menolong kamu atau Al-quran itu menjadi hujjah yang akan
menjerumuskan kamu kedalam api neraka. Hendaknya kita merenungi berapa lama
kita telah menuntut ilmu dan berapa banyak ilmu tersebut kita telah amalkan.
Jangan sampai lama-nya kita menuntut ilmu berakibat menambah kerasnya hati,
seperti umat terdahulu yang Alloh telah firmankan kebanyakan dari mereka diberi
waktu yang lama namun hanya menjadikan hati mereka keras. Dan kita berlindung
dari ilmu yang tidak bermanfaat, sebagaimana Rasulullah berlindung dari hal tersebut
:
للَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا
يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ
لَا يُسْتَجَابُ لَهَا
2. “عمل لا اخلاص فيه ولا اقتداء” , Amalan yang didalamnya tidak
ada ke ikhlasan dan tidak ada contohnya.
Sebagaimana
yang kita tahu sayarat diterimanya amal ada dua menurut ulama, yang pertama
ikhlas dan yang kedua ittiba’ (yang ada tuntunannya dari nabi). Jangan-jangan
tujuan kita beramal hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia, atau untuk
yang dihinakan Tuhan yaitu kehidupan dunia. Sebagaimana yang telah Allah firmankan :
من كان يريد الحياة الدنيا وزينتها نوف إليهم أعمالهم فيها
وهم فيها لا يبخسون ,أولئك الذين ليس لهم في الآخرة إلا النار وحبط ما صنعوا فيها وباطل ما
كانوا يعملون.
“ Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
pasti kami berikan penuh atas pekerjaan mereka di dunia, dan mereka di dunia
tidak akan di rugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat
kecuali neraka, dan sia sialah apa yang mereka usahakan di dunia dan
terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan”.
Terkadang
dari kita beramal motivasinya ada dua, yaitu mengharap wajah Allah dan
mengharap kepada yang bersifat duniawi. Contohnya, pernahkah kita sedikit
terlintas di benak kita sudah berapa lamakah kita menuntut ilmu agama?
Pernahkah kita mencoba mengingat-ingat kembali apa tujuan kita menuntut ilmu
agama? Apakah motivasinya ikhlas karena Alloh atau motivasi mengharap dunia
seperti mengharap sandangan gelar, dsb, atau keudanya? Telah berkata imam
as-suyuthi dalam kitab nya “الاشباه والنظائر” ketika membahas seseorang yang
berhaji niatnya ada dua, niat hajji lillahi ta’ala dan yang kedua untuk
berbisnis, apakah dia mendapat pahala atau berdosa? Maka imam as-suyuthi berkata dilihat niat mana yang
lebih dominan, jika niat karena Alloh yang lebih dominan maka insya Alloh dia
akan mendapat pahala. Namun jika niat karena dunia yang lebih dominan maka
insya Alloh dia akan mendapat dosa. Dan apabila seimbang diantar kedua niat
tersebut, maka akan berguguran keduanya baik pahalanya atau dosanya atau tidak
mendapatkan apa-apa. Dan untuk contoh kasus kita yang sedang menuntut ilmu
Alloh, tidakkah kita takut apabila niat kita menuntut ilmu hanya sekedar untuk
mendapat gelar atau sekedar menyelesaikan studi kita dengan bilangan nilai yang
memuaskan? Atau seimbang diantara niat karena Alloh dan niat karena dunia yang
berakibat kita tidak mendapatkan apapun kecuali hanya hilangnya waktu dan
tenaga.
Kita berlindung dari yang semacam itu. Sebagaimana yang telah
diriwayatkan di dalam hadits seorang sahabat bertanya kepada nabi:
“apa pendapatmu tentang seseorang yang berperang mengharap
pahala dan juga mengharapkan sebutan manusia, apa yang akan dia peroleh? Maka
rasul pun menjawab: tidak ada sesuatu apapun yang dia peroleh” kemudian rasul
bersabda: sesungguhnya Allah tidak menerima amalan kecuali terdapat keikhlasan
terhadap-Nya dan dengan amal tersebut mengharapkan wajah-Nya.
Jika kita sudah dapat
beramal dengan ikhlas namun tidak cukup hanya dengan keikhlasan. Bila amal
ibadah itu tidak sesuai atau tidak ada tuntunannya maka akan tertolak. Fudhail
bin ‘iyyadh ketika menafsirkan firman Allah di dalam surat al-Mulk : “ليبلوكم ايكم احسن عملا” untuk menguji kalian siapa diantara kalian yang lebih
baik amalnya. Beliau berkata “(احسن
عملا) أي أخلصه وأصوبه” lebih baik amalnya yaitu yang lebih ikhlas dan lebih benar.
Kemudian beliau berkata :
والعمل الخالص ما ابتغي به وجه الله وحده، والعمل
الصواب ما كان وفق السنة.
Dan
amal yang ikhlash adalah yang hanya mengharap wajah Allah semata, dan amal yang
benar yaitu yang sesuai dengan Sunnah Nabi salallahu ‘alaihi wasalam.
3. "ومال لا ينفق منه, فلا
يستمتع به جامعه في الدنياء ولا يقدمه امامه الى الاخرة"
“Harta yang tidak diinfakkan, tidak merasakan
nikmat di dunia dengan hartanya juga tidak menjadi investasi untuk kehidupan
akhirat”.
Apalah arti harta yang hanya
kita simpan atau hanya kita habiskan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat?
Padahal hakikat harta atau rezeki yang kita benar-benar dapatkan adalah harta
yang kita makan dan dicerna dalam tubuh kita dan harta yang kita infaq-kan
dijalan Allah. Hendaknya kita memperhatikan harta yang kita miliki kemanakah
dan untuk apakah kita menghabiskannya. Karena harta yang kita miliki jika tidak
di infaq-kan di jalan Alloh maka itu akan menjadi boomerang untuk kita di
akhirat nanti. Semua harta yang kita miliki akan ditanyakan satu-persatu kelak
nanti di hari akhir. Semua pakaian yang kita gunakan, kendaraan yang kita
miliki, gadget yang kita jadikan teman dimanapun kita berada, dll kelak nanti
akan dipertanggung jawabkan di hadapan Nya. Darimana kita dapatkan dan untuk
apa kita pergunakan.
4. "وقلب فارغ ن محبة
الله والشوق اليه والانس به"
“Hati yang kosong dari cinta kepada Alloh, dan hati yang kosong
dari rindu kepadanya, dan hati yang kosong dari merasa nikmat berduaan dengan
Nya”.
Percuma kita memiliki
hati tapi kita tidak mencintai Alloh, percuma kita punya hati tapi tidak
sedikit pun merindukan Nya, dan celaka kita punya hati yang hanya diisi dengan
cinta dunia, cinta harta, cinta syahwat, cinta kepada makhluk namun tidak
diiringi dan didasari Karena cinta terhadap Alloh. Berkata sebagian ulama
“mengingat Alloh adalah obat, sedangkan mengingat manusia adalah penyakit”.
Mengihiasi hati kita dengan cinta kepada Alloh adalah sarana untuk membiarkan
hati kita tetap hidup, karenanya akan menjadi cambuk untuk kita terus beramal
shaleh. Ibnu qayim berkata: “kelezatan seorang hamba dalam kehidupan surge
nanti mengikuti kelezatan seorang hamba ketika dia mengingat Rabbnya”, yaitu
semakin seorang hamba di dunia ini asik dan menikmati lezatnya berduaan dengan
Alloh maka akan semakin lezat dia melihat wajah Alloh nanti di dalam surga.
Pernahkah kita merasa rindu melihat Alloh? Pernahkah kita melihat suatu
kebaikan lalu kita cinta terhadapnya? Pernahkah kita ketika melihat orang
sholeh kemudian kita mencintainya? Kalo kita mendapat rasa itu, maka berarti
insya Alloh kita telah mencintai Alloh. Hendaknya
kita banyak memohon kepada Allah sebagaimana doa Rasulullah salallahu alihi
wasalam :
اللهم اني اسألك حبك وحب
من يحبك وحب عملا يقربنا الى حبك.
5. "وبدن
معطل من طاعته وخدمته"
“Badan atau jasad yang kosong dari perbuatan taat”
وَلَقَدْ
ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا
يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا
يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ
هُمُ الْغَافِلُونَ
“dan sungguh, akan kami isi neraka jahanam banyak dari kalangan
jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami ayat-ayat Allah dan mereka memiliki mata tetapi tidak dipergunakan
untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi
tidak dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Alloh. Mereka seperti hewan
ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah”.
6. "ومحبة لا تتقيد
برضاء المحبوب وامتثال أوامره"
“Cinta terhadap sesuatu yang tidak diikat dengan ridho Alloh dan
sesuai dengan perintah Nya”
Mencintai
dan dicintai adalah fitroh manusia. Tentunya kita ingin mencintai dan ingin
dicintai, namun hendaknya semua itu harus diiringi dengan ilmu, bila cinta
tidak disandingkan dengan ilmu maka itu akan menjadi
cinta yang menyesatkan. Hakikat cinta atau hakikat kasih sayang adalah usaha
menyampaikan kebaikan kepada orang yang kita cintai atau orang yang kita
sayangi, dan menghilangkan kemadhorotan dari padanya. Maka hendaknya cinta
harus disertai dengan ilmu yaitu dengan ridho Alloh. Sebagaimana kita tahu awal
mula terjadi kesyirikan yaitu pada zaman nabi nuh dikarenakan terlalu
berlebih-lebihan mencintai orang sholeh. Ini adalah contoh cinta yang tidak
disertai dengan ilmu, cinta yang membuat buta pelakunya, tidak peduli
bagaimanapun caranya dia dapat memperoleh yang dicintanya.
7. "ووقت معطل عن استدراك فارط
او اغتنام بر وقربة"
“Waktu
yang tidak diisi untuk memperbaiki hal yang terlewatkan darinya, serta tidak
berbuat kebaikan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala”.
Sejatinya seorang mukmin tidak akan melewatkan
sedikitpun waktunya kecuali untuk
beramal shalih, sebagaimana ulama terdahulu yang tidak melewatkan waktunya
kecuali untuk yang bermanfaat dan yang bernilai pahala, pernah berkata seorang
ulama yang bernama Abdullah bin mobarak: “kalau kamu bias tidak menggerakkan
tanganmu kecuali diatas Sunnah, maka lakukanlah”.
Hendaknya kita selalu berusaha melakukan segala
sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ibadah di pandangan Alloh walau hanya
dalam mengedipkan mata. Karena sungguh indah kehidupan muslim segala sesuatunya
bisa
bernilai ibadah dan mendapat ganjaran pahala, ketika
kita ingin tidur kita usahakan bagaimana caranya agar kita bisa mendapat pahala, sebagaimana rasulullah bersabda: “jika diantara
kalian hendak tidur dan berniat untuk bangun dan melaksanakan shalat malam
namun kalah dengan matanya sampai shubuh tiba dia baru terbangun, tetap Alloh
tuliskan niatnya tersebut dan tidurnya menjadi sedekah buat dia”, juga ketika
kita hendak makan dan kita mengharap pahala bagaimana caranya? Berkata ibnu
qudamah : “perbanyaklah niat dalam setiap perbuatan seorang hamba” maka kita
niatkan makan kita selain untuk memenuhi kebutuhan juga kita niatkan agar kita
bisa menjaga kesehatan untuk tetap bisa menjalankan amal sholeh, nabi bersabda :
من أكل طعاما ثم قال الحمد لله
الذي أطعمني هذا الطعام ورزقنيه من غير حول مني ولا قوة غفر له ما تقدم من ذنبه.
“barangsiapa yang setelah makan membaca doa ini maka Allah
hapuskan dosanya yang telah lalu”, mahasuci Alloh lapar hilang dosapun
diangkat. Begitulah indahnya kehidupan seorang mukmin yang penuh dengan
perlombaan mencari pahala.
8. "وفكر يجول فيما لا
ينفع"
“Pikiran
yang digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat”.
Berkata ibnu qayyim
dalam kitab “مفتاح دار السعادة” : "أصل
كل خير وأصل كل شر هو الفكر" asal segala kebaikan da nasal
segala keburukan adalah fikiran. Karena dari fikiran akan tumbuh sebuah niat
dan dari niat akan hadir sebuah perbuatan. Hendaknya kita sebagai seorang
mukmin agar bisa selalu berupaya me-manage fikiran kita kepada hal-hal yang
positif dan bermanfaat.
9. "وخدمة من لا تقربك خدمته الى
الله ولا تعود عليك بصلاح دنياك"
“kamu berkhidmat kepada orang yang tidak mendekatkan dirimu
kepada Alloh, dan juga tidak mendatangkan kebaikan duniamu”
10. "وخوفك ورجاءك لمن ناصيته بيد
الله وهو أسير في قبضته, ولا يملك لنفسه ضرا ولا نفعا ولا موتا ولا حياة ولا
نشورا"
“Takutmu serta harapmu kepada manusia. Yang
sebenarnya ubun-ubunnya berada dalam genggaman Allah. Dia adalah tawanan yang
dikuasai oleh Allah, tidak dapat menghindarkan hal-hal yang membahayakan dari
dirinya serta tidak dapat mendatangkan manfaat untuk dirinya, tidak dapat
menghidupkan dan mematikan dirinya serta tidak dapat membangkitkan dirinya”.
Kemudian imam ibnu qayyim menutup dengan
kesimpulan :
وأعظم هذه الاضاعات إضاعتان هما
أصل كل إضاعة: إضاعة القلب وإضاعة الوقت.
Dan dari
perkara-perkara tersebut ada dua yang terbesar, keduanya adalah asal dari setiap
perkara yang sia-sia: menyia-nyiakan hati dan menyia-nyiakan waktu. Orang yang
menyia-nyiakan hatinya akibat dari lebih mementingkan kehidupan dunianya
daripada kehidupan akhirat. Dan menyia-nyiakan waktu akibat dari angan-angannya
yang terlalu panjang. Maka kerusakan itu berkumpul seluruhnya apabila mengikuti
hawa nafsu dan terlalu banyaknya angan-angan berkumpul dalam diri kita. Dan sedangkan
kebaikan akan datang dengan mengikuti petunjuk dan mempersiapkan diri bertemu
dengan Allah ta’ala,
Untukmu yang sedang
terlupa… genggamlah tiga pertanyaan yang harusnya selalu mengiringi kita untuk
menapaki hidup kita di dunia ini :
“من اين جئنا؟”
dari mana kita datang???
“لماذا جئنا؟”
untuk apa kita datang???
“والى اين المصير؟” dan kemana kita akan kembali???
والله تعالى المستعان....
Doi yang bernama lengkap Yusuf Ibnu abdu salam, adalah mahasiswa Univ Qodhi Iyyad marakech, yang sedang merampungkan jenjang S2 nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar