Hilangnya Marwah Muslim di Pentas Hollywood
Oleh : Fauzan Afif Yuwana
Kiblat perfilman
dunia terletak pada studio film Hollywood, Amerika Serikat. Negara Paman Sam
ini mendominasi dalam menggarap seluruh media khususnya hiburan. Entah
bagaimana bisa semua acuan nilai mengarah pada mereka. Mulai dari kualitas dan
konten film hingga kepiawaian para pemeran di layar kaca telah dianggap sebagai
dewa yang mampu menyedot perhatian publik sejagat.
Industri perfilman
menjadi sektor bisnis yang sangat memuaskan dan memiliki efek kuat dalam
menggiring opini publik. Seorang sutradara membuat film berlandaskan pada
pemikiran dan sudut pandangnya. Terkadang mereka mengambil dari kisah nyata,
dan selainnya bersumber pada fiksi yang sesekali diambil dari novel best
seller. Semua yang dilakukan aktor dan aktris hanyalah mengikuti arahan dari
sang sutradara. Bagaimanapun kondisinya, mereka hanyalah robot yang tunduk pada
majikan.
Di sisi lain ketenaran
Hollywood di mata dunia, kerap kali film yang dihasilkan membuat beberapa komunitas
merasa tidak nyaman dan bahkan menimbulkan reaksi yang disertai kekesalan dan
amarah. Salah satu komunitas yang sering diframing jelek adalah Umat Islam.
Kita menyadari sejak dahulu orang yang berbeda akidah dengan muslim selalu
melakukan berbagai cara dengan ambisi merendahkan Umat Muslim dimanapun mereka
berada. Dan di zaman sekarang lah, kita memasuki babak baru yang dimulai oleh
globalisasi dan ditandai dengan meningkatnya penggunaan teknologi di sekitar
kita.
Dari semua genre
film Hollywood yang terbilang sering menampilkan keberadaan Umat Islam adalah
film aksi atau film laga. Dan tentunya, kita bisa menebak sebelum film itu
diputar bahwasanya aktor yang menyadang identitas muslim, mengikuti sunnah
Rasul, mengucapkan dzikir maupun syiar agama akan menjadi tokoh berwatak buruk,
lebih-lebih jarang sekali yang ditampilkan sebagai tokoh utama. Semua hal yang
berlabel Islam selalu dihubungkan dengan sesuatu yang memiliki nilai rendah dan
mengerikan, seperti gerombolan teroris ataupun pengemis jalanan.
Beberapa film
Hollywood yang "sukses" memantik kemarahan Umat Islam dan menjadi
kontroversi adalah The Innocent of Muslim. Film ini berisi tentang hujatan dan
penilaian buruk terhadap Islam khususnya Baginda Nabi Muhammad. Watak Sang
Rasul digambarkan sebagai seorang yang tak memiliki martabat, lelaki hidung
belang, penipu, dan lain sebagainya. Bahkan fisik Beliau juga diperagakan oleh
seorang aktor amatir yang jauh dari kesan wibawa dan terhormat. Kecaman dari
Umat Islam terutama dari negara-negara mayoritas Islam terus berdatangan hingga
melahirkan aksi unjuk rasa secara besar-besaran. Bahkan anehnya, pada tahun
2018 ini muncul film animasi yang mengambil tokoh Islam Bilal bin Rabah tanpa
meletakkan unsur Islam di dalamnya. Bilal hanya digambarkan sebagai budak hitam
yang memperjuangkan Hak Asasi Manusia. Sungguh mengecewakan agaknya ketika hal
negatif yang jauh dari ajaran Islam dikaitkan dengan Islam dan hal positif
darinya ditutup oleh manipulasi cerita.
Di sinilah Umat
Islam harus sadar tentang ini semua, bergerak untuk menangkal tuduhan-tuduhan
itu melalui media, mengikuti cara bermain mereka, dan menggunakan segala macam
daya dan upaya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : "Barangsiapa yang
melihat kemungkaran darimu maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika
ia tidak bisa maka (hendaklah ia merubahnya) dengan lisannya, dan jika tidak
bisa (hendaklah ia merubahnya) dengan hatinya, maka hal itu adalah selemah-lemah
iman." Di Indonesia sendiri kita sudah memiliki Muslim Cyber Army yang
menjadi andalan , kita memiliki anak-anak muda kreatif yang mahir dalam dunia
digital, dan kita sudah memiliki semuanya.
Mari kita bela dan
perjuangkan agama ini !
membuat film/konten positif adalah salah satu cara untuk melawan framing negatif yang mereka buat, juga memguatkan kembali Marwah Islam. benar begitu bukan mas ?
BalasHapusYap! atau kita juga bisa lebih mengapresiasi karya-karya cinematographer yang bernuansa islami
Hapus