Oleh: Billahi Kafina
"Ayo
adek-adek semua kumpul di aula sekarang. 15 menit ya dek, jangan telat!".
Teriak kak Ragita di tengah-tengah lorong asrama anak kelas 2 smp.
Kalian
tau siapa kak Ragita? Kakak yang ditakuti anak kelas 2 smp, dia salah satu
kakak tergalak di sekolah kami. Salah satu anggota osis dibidang olahraga.
Dan
bergegas lah kami semua, anak-anak kelas 2 smp menuju aula yang berada di
lantai 3 gedung asrama putri. Di aula, sudah terdapat mikrofon dan speaker
beserta perangkat nya yang siap untuk
digunakan. Kak Yosi memegang mic di depan aula sambil membawa secarik kertas.
"Assalamualaikum
warrahmatullahi wabarakatuh. Adek-adek tau gak kenapa kakak-kakak osis
ngumpulin kalian disini?" Tanya kak Yosi setelah kami semua —anak-anak
kelas 2 smp, berkumpul di aula. Dan kami
menjawab serentak "enggak kaaaak". "Kalian tau kan mos nya
tanggal berapa?" "Tau kaaak” “2 minggu lagi kak". "Nah
karena 2 minggu lagi kalian akan mos, kakak-kakak ngumpulin kalian disini mau
ngebahas barang-barang yang wajib kalian bawa saat mos, pembagian kelompok
kalian, dan atribut yang akan kalian pakai saat mos berlangsung. Sebelumnya,
kalian bawa buku dan pulpen?"
"Bawa
kaaak"
"Oke
sekarang kakak mau bacain barang-barang apa aja yang kalian wajib bawa. Yang
pertama, handuk good morning. 2. chiki yang suka bohong. 3. cokelat tobleron. 4.
sandal bersama. 5. buah permisi. 6. minuman berbulir. Nah untuk pembagian
kelompok, kakak akan bagi kalian menjadi 7 kelompok. Dan dimulai dari kelompok
1 : Assyfa Zakia Wassolo, Nurma Fauziah, Ika Putriani Lestari, Baiq Ayu, Sarah
Nabila Aulia, Heppyatus Sholihah, Yosi Silfia Pristiani. kelompok 2 : Jihan
Aulia, Nur Aulia, Annisa Salsabila, Mila Hanifa, ......."
Dan
perhatian ku sudah tidak tertuju pada kak Yosi yang sedang membacakan pembacaan
kelompok, aku sudah tidak mendengarkan penjelasan kakak wakil ketua osis
tersebut. Karena aku mengantuk saat kak Yosi masih berbicara di depan, aku
mencoret-coret saja kertas ditanganku dengan tak tentu.
Setelah
2 jam lebih kak Yosi memberikan penjelasan tentang segala hal yang berkaitan
dengan mos, akhir nya kami diperbolehkan balik ke kamar kami.
Mos
pun tiba, aku sudah lengkap dengan atribut yang kakak-kakak panitia mos
sebutkan saat kami dikumpulkan di Aula; kalung yang terbuat dari jengkol,
bawang putih, kemiri, dan pete, pakaian yang telah ditentukan oleh pembagian
masing-masing kelompok dirangakapi dengan baju mandi dan kerudung khusus yang
telah disediakan oleh kakak panitia, caping yang sudah berada di kepala kami,
serta atribut lainnya.
Kami
berkumpul di lapangan pondok berbaris rapih sesuai kelompok kami sambil membawa
tas yang terbuat dari kardus yang dikaitkan dengan tali rafia yang berisi
makanan-makanan yang wajib kami bawa. Acara di mulai dengan sambutan-sambutan
dan dibuka dan diresmikan oleh KH.Makhrus Iskandar selaku pengasuh pimpinan
pondok kami.
Setelah
acara di lapangan selesai, saat itu pula aku mengenal diri nya. Ya, aku
mengenal nya saat mos dilaksanakan. Namanya sering disebut oleh kakak-kakak
panitia dan dia pernah maju ke depan saat dipanggil kakak panitia. Seperti pada
acara yang berlangsung di gedung aula pusat, dia maju untuk menjawab pertanyaan
kakak panitia yang diberikan kepada kami. Dan saat dia selesai menjawab, kemudian
ada kakak panitia yang bertanya : "Kamu ngejawab kaya gini dari buku atau
dari pendapat mu sendiri?". "Ini pendapat saya saja kak". Dan
bunyi tepuk tangan pun menambah suara di gedung aula.
Hari
kedua mos pun berlangsung saat matahari sedang terik-teriknya, kami berada di
Lapangan pondok. "Ya kamu, Annas. Sini maju ke depan. Peragain apa yang
kakak ucapin" kata kak Delon, sang ketua osis sambil menunjuk ke arah
Annas. "Nanti adek-adek semua tebak ya maksud dari gerak-gerik nya
Annas".
Annas
melangkah ke depan dengan santai nya, tanpa ada rasa malu dengan teman-tamannya
dan rasa takut dengan kakak-kakak osis. Saat Annas sudah di depan, kak Delon
membisikkan sesuatu ke telinga Annas. Lalu tak berselang lama, Annas pun
memperagakan apa yang diucapkan kak Delon. Sontak kami semua tertawa
terbahak-bahak dengan gaya yang Annas peragakan di depan. Ada salah satu dari
teman ku yang mengacungkan tangannya, ia
ingin menjawab tebakan gerakan yang Annas peragakan. Dan rupa nya jawaban nya
salah. Setelah kak Delon memberikan jawaban yang benar, kami tertawa. Dan
rupanya, saat itu pula aku mengenal Annas.
Saat
itu, aku meminta tanda tangan kak Yunus. Dan ternyata kak Yunus berada di
bagian anak putra. Ya mau gak mau aku harus kesana karena ini merupakan tugas
yang wajib dikumpulkan ke kakak pembimbing kelompok ku. Aku melihat kak Yunus
berdiri disamping tiang basket sambil berbincang dengan teman nya. Dengan
takut-takut, aku menghampiri kak Yunus. "Kak Yunus, boleh minta tanda
tangan nya gak kak?" Ujar ku saat aku sudah di dekat kakak nya.
"Boleh, tapi lu harus ngelakuin apa yang gua minta. Mau?" Sahut kak
Yunus. "Kakak mau minta aku ngapain kak? Jangan susah-susah ya kak,
hehehehehe" jawab ku ke kak Yunus.
Dan
saat kak Yunus ingin membalas perkataan ku, datang lah Annas menghampiri kak
Yunus. "Kak gua minta tangan tangan lu dong kak" ujar nya.
"Bentar, gua lagi mau ngasih tugas ke Ina". "Hello Ina. Salam
kenal ya" ujar Annas sambil menatapku dengan tatapan yang membuatku risih.
Aku hanya membalas dengan senyuman canggung. "Annas mulai lagi nih godain
cewek nya. Gua bilangin 'dia' mau lu?! “Hahahahahahahaha" ledek kak Yunus
pada Annas. Hanya aku yang terdiam dan merasa tidak enak dengan situasi yang
ada. Annas pun tertawa dengan perkataan kak Yunus.
"Oh
iya, In. Gua mau ngasih tugas ke lu, bilang ke kak Fatma mana makanan nya kak
Yunus. Nanti lu ke gua lagi bawain makanan dari kak Fatma ya". Ucap kak
Yunus pada ku.
"Iya
kak" jawab ku singkat.
Tak
ingin menunda waktu, aku langsung menemui kak Fatma. "Kak Fatma, kata kak
Yunus dia minta makanan nya kak" kata ku saat aku sudah berada di depan
kak Fatma yang sedang duduk di anak tangga masjid.
"Makanan
apa dek? Dia gak nitip makanan apa-apa ke gua".
"Kurang
tau ya kak, kata kak Yunus begitu kak. Kata nya buat kak fatma mana makanan kak
Yunus kak. Aku diminta mintain makanan nya kak Yunus kak."
"Dia
ngigau kali dek. Gak ada makanan apapun punyanya yang di gua".
"Oh
yaudah kak kalau gitu. Makasih kak". Setelah itu aku pun langsung menuju
tempat kak Yunus berada. Dan kak Yunus sudah tidak berada di samping tiang
basket lagi. Dan aku pun melihat-lihat ke berbagai arah untuk mencari
keberadaan kak Yunus. Yaps, aku melihat kak Yunus. Aku langsung melangkah
menghampiri nya. Saat aku melangkah menuju kak Yunus, aku berpapasan dengan
Annas. Dia menyapaku. Aku hanya membalas ucapan nya dengan melirik dan tatapan
datar.
"Kak
yunus, kata kak Fatma kakak gak nitip makanan apapun di kakaknya. Jadi aku
kesini gak bawain makanan kakak" ucapku saat dihadapan kak Yunus yang
sedang menandatangani buku milik teman ku.
"Kak
Fatma tadi bilang apa dek ke lu?"
"Kata
kak Fatma kak Yunus gak ada makanan yang di kakaknya kak".
"Hahahahahahahahahahahaha" ujar kak Yunus dengan terbahak-bahak.
"Yaudah dek, karena lu udah mau ngelakuin apa yang gua suruh, mana buku
lu? Sini gua kasih tanda tangan gua. "
"Iya
kak?!" Ujar ku bahagia karena aku sudah merasa lelah meminta tanda tangan
ke kakak-kakak panitia yang aku lakukan dari pagi hingga pukul 4 ini.
"Iya
dek. Mau gak nih?!" "Mau kaaak" ujar ku semangat sembari memberi
buku ke kak Yunus. Akhir nya aku mendapatkan tanda tangan kak Yunus dengan
sisa-sisa tenaga yang ku punya. Aku mengucapkan terimakasih ke kak Yunus dan
kak Yunus membalas ucapan rasa terimakasih ku.
Begitu
banyak nya acara yang ada sampai aku tidak merasakan cepat nya mos berlangsung.
Tak terasa pula aku berdiri di lapangan untuk mengikuti acara penutupan mos
2k12-2k13.
Tanpa
sadar aku pun sering memperhatikannya saat mos berlangsung. Dan yang aku
herankan, dia menampakan banyak candaan pada kakak panitia yang menurut ku
sangat berani dengan kakak panitia.
Setelah
beberapa minggu diadakan mos untuk kami, tiba lah pengumuman anggota osis yang
sudah diterima di organisasi tersebut. Dan aku yakin bahwa Annas lolos seleksi,
sebab dia pernah menjadi anggota osis di tahun lalu. Dan setelah anggota osis
dibentuk, kami melaksanakan pelantikan. Dan ya, aku melihat ada Annas berdiri
di jajaran anggota osis yang baru. Orang-orang bilang kalau Annas itu humoris,
kalau diajak berbicara serius pun dia malah membuat lawan bicara nya kesal
karena dia masih membuat sebuah candaan yang berasa garing dan membuat
pembicaraan yang diucapkan lawan bicara nya seolah-olah tiada artinya. Mungkin
karena itulah ia disenangi semua orang, termasuk kakak kelas. Ya itu hanya
menjadi pendapatku saja.
"Ina
tanggal 12 November ada lomba di sekolah ini, tolong beritahu santri putri ya.
Adakan tes tanggal 5 November untuk persiapan sebelum lomba" ucap miss
Naila pada ku. Dia guru pembimbing osis di sekolah ku. "Siap miss"
jawab ku pada nya. Dan rupa nya saat setelah aku menulis pengumuman lomba
tersebut, banyak dari anak putri yang mendaftarkan diri dan ikut serta dalam
tes tersebut.
"Assalamualaikum
Annas. Maaf mengganggu sebentar Nas, aku mau minta kamu ikut perwakilan lomba
tanggal 12 November ini." Kata ku kepada nya saat dia membuka sepatu nya
di depan pintu perpustakaan.
"Eh,
walaikum salam Na. Jangan gua dah Na, yang lain aja bisa?"
"Enggak
ada yang daftar Nas di pelajaran ini, aku mau nya ada perwakilan di mata
pelajaran ini. Ayo Nas ikut aja, ya. Kamu kan udah pernah ikut lomba juga. Ikut
ya Nas." Pinta ku padanya.
"Enggak,
Na. Gua mau ngasih kesempatan buat orang lain juga supaya ngerasain gimana saat
lomba"
“Yaudah
iya, gua mau masuk dulu." Kata nya pada ku.
Aku
berbicara pada Annas untuk mengajak lomba tersebut, karena biasanya setiap ada
perlombaan yang kami dengar, dia selalu ikut. Tapi aku kecewa, karena dia tidak
mau ikut pada perlombaan kali ini. Aku mengajak nya untuk ikut karena ada satu
mata pelajaran yang dilombakan belum ada yang mendaftar dan menjadi perwakilan
pondok.
Akhir
nya lomba pun tiba dan ternyata dia ada. Aku melihat nya keluar dari mobil yang
kami sewa yang mengantarkan kami ke tempat perlombaan. Dan aku pun dibuatnya bingung
oleh keberadaan nya disini.
Aku
menanyakan ke temanku "Yan, itu Annas kenapa bisa jadi ikut lomba? Kemarin
pas gua ketemu dia di perpustakaan dia jawab nya nggak mau ikut"
"Iya, dia yang ngedaftarin diri. Ya untung nya ada perwakilan di pelajaran
ini dan Annas pula orang nya." Jawab Sofyan.
Dan
aku pun pergi menuju kelas yang telah ditentukan panitia, tiba-tiba datang
suara seseorang pada ku dari belakang "Na, gua ikut lomba nih. Gua gak
tega aja sama anak pendidikan kalo di pelajaran ini gak ada perwakilan nya,
padahal gua juga gak bisa apa-apa. Udah jangan sedih lagi Na". Saat aku
memutar badan ku menghadapnya, ternyata dia menyapa ku. Ya, dia itu Annas. Aku
langsung memasang wajah datar dan berkata "Iya aku tau kok, aku tadi nanya
Sofyan" "Yaudah sana masuk kelas, semangat Na buat jawab nya.
Hahahahahahaha" kata Annas. "Iya makasih Nas, bye." Ujar ku pada
nya. Dan kami pun mengikuti lomba hingga matahari menyembunyikan sinar nya di
ufuk barat.
Aku
pun sering dibuatnya kesal dengan candaan yang membuatku harus lebih bersabar
dengan candaan yang tidak pada tempat nya. Seperti saat di perpustakaan.
"Nih,Na. Gua pinjam 2 buku lagi.
Gua kesini terus Na, lu gak bosan ngeliat
gua mulu?" Tanya nya dengan PD. "Lah buku yang kemarin lu pinjam
mana? Lu belum balikin Nas, jadi lu
belum bisa pinjam lagi sampai lu balikin 3 buku yang lu pinjam kemarin. Dan ya
gua bosan banget nih ngeliat wajah lu lagi di perpustakaan. Heran deh lu kok ke
perpustakaan terus tiap hari. Gak ada kegiatan lain apa Nas?!" Tanya ku pada
nya dengan menahan tawa dengan pose nya yang mengundang candaan. " Ada di
kamar Na. Sengaja gak gua balikin, biar sekalian aja balikin nya. Udah bolehin
gua Na. Lagian juga buku nya berguna juga buat teman-taman juga dibaca sama
mereka. Iya nih gua gak ada kerjaan, maka nya gua tiap hari ke perpus buat
bikin lu emosi. Hahahahahahahahaha" ujar nya padaku yang saat itu ingin ku
lempar buku yang sedang ku pegang ini ke wajahnya. Dan ya, dia berhasil membawa
2 buku yang ingin dia pinjam denganku untuk membolehkan dia membawa 2 buku
lagi.
Dan
perjumpaan lain nya di lingkungan sekolah ku. Dan ada yang berbeda dari Annas
sebelum nya. Pernah saat hari ekstrakukikuler, dia berjalan di belakang ku.
Kami —siswa dan siswi, sekolah yang mengikuti ekstrakukikuler keluar gedung
pondok menuju sunrise, nama sebuah tempat yang di dalam nya ada lapangan luas
yang biasa nya kami gunakan untuk melaksanaan ekstrakukikuler sesuai pilihan
nya masing-masing. Dia menyapaku. Dan kami —aku dan Annas, berbincang-bincang
selama berjalan menuju tempat ekskul tersebut. Sesekali teman ku, Ria juga
menyahuti suara nya Annas. Tak jarang Annas menyelipkan candaan yang membuatku
dan Ria tertawa oleh nya.
Masih
banyak cerita ku dengannya, yang kini menjadi kenangan. Sekarang kami pun
berjauhan. Aku di salah satu kota Jawa timur dan dia di Cianjur, Jawa barat.
Dan perjalanan kisah ku dengan nya berakhir di kelas 1 aliyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar