Oleh: Asep Kurnia
Siapa yang tak kenal dengan makanan yang satu ini ! yaa inilah
ia mie instan makanan anak kos atau anak mahasiswa yang terfavorit ketika sudah
memasuki akhir bulan ataupun belum, dikarenakan begitu bersahabatnya makanan
yang satu ini, dengan harganya yang terjangkau dan sangat merakyat kita bisa merasakan
bagaimana rasanya ayam kaldu, iga penyet, rendang, ayam panggang haya dengan
sebungkus mie instan. Dan pasti sudah kita sadari mie instan adalah salah satu
makanan yang sangat sering kita jumpai di mana saja dan bisa kita makan kapan
saja, menurut catatan AKM (Anak Kos dan Mahasiswa) mie instan menjadi makanan
kedua yang paling banyak dikonsumsi setelah nasi oleh kita para mahasiswa dan
anak kos.
Teryata bukan haya itu saja didalam mie instan itu sendiri
mengandung sebuah filosofi hidup yang sangat luar biasa besarnya yaitu tidak
ada yang instan di dunia ini, karena walaupun namanya mie instan tidaklah
seinstan namanya dan tetap harus melalui banyak proses sebelum menikmatinya,
adapun beberapa prosesnya adalah :
1. Memasaknya.
2. Membumbuinya.
3. Memakannya/menikmatinya.
1. Memasaknya
Memasaknya, yaa langkah pertama adalah kita harus
memasaknya terlebih dahulu sebelum memakannya, disanalah kita diajarkan untuk bersabar,
yaa sangat-sangat sabar walaupun sebenarya kita berada dalam keadaan yang
sangat genting yaitu keadaan dimana para cacing-cacing yang berada didalam
perut kita berteriak meminta makan.
Adapun sabar itu sendiri adalah suatu sikap dimana
seseorang harus menahan emosi atau keinginan ketika ia berada dalam sebuah
rintangan dan cobaan (persoalan hidup) yang di hadapi dengan cara tidak
mengeluh, dengan bersabar dan bersungguh-sungguh untuk melewati semua itu pastilah
ia akan mendapatkan sebuah keberuntungan/keberhasilan di akhirnya atau diakhir
sebuah perjalanan yang panjang dan sulit itu, dan hal itu pula yang mengingatkan saya kembali
kepada sebuah kata kata mutiara yang pertama kali saya dapatkan ketika masih
duduk dibangku kelas satu Mts di Pondok Pesantren yaitu :
{
مَنْ جدَّ وجد}
( Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka
dapatlah ia )
{
مَنْ صبرَ ظَفر }
( Barang siapa yang bersabar maka beruntunglah
ia )
2. Membumbuinya
Kemudian langkah kedua adalah menuangkan
bumbu-bumbunya, bumbu-bumbu disini saya ibaratkan adalah sebuah rintangan
dan cobaan yang pasti dihadapi oleh setiap orang yang harus mereka lewati dan
perjuangkan karena memang hidup ini adalah sebuah perjuangan yang harus
diperjuangkan, dan dalam hal ini pula lagi-lagi kita diajarkan untuk selalu
bersabar dalam melewati semua bumbu-bumbu kehidupan, karena untuk
mendapatkan sebuah kesuksesan/keberhasilan pastilah banyak dituangkan bumbu
bumbu kehidupan (rintangan dan cobaan) yang Allah berikan kepada kita.
Dan adapun kebanyakan dari orang-orang yang sukses/berhasil
pastilah ia bisa menjadi seperti itu karena melalui banyak hal seperti tekanan dll,
sehingga mereka harus bersabar agar dapat melalui segala rintangan dan
tantangan tersebut, adapun tekanan yang sangat sering dihadapi oleh mereka
para penuntut ilmu ialah seperti halnya dalam masalah ekonomi, sehingga mereka harus
berusaha dengan bersungguh-sungguh agar bisa menjadi orang yang
sukses/berhasil dikemudian hari, dan terkadang juga tekanan itu datang ketika
ada dari keluarga mereka yang sudah meninggalkannya terlebih dulu sehingga
tidak dapat melihat anaknya sukses/berhasil.
Ketahuilah bagi kita para penuntut ilmu apakah kita harus
menunggu sampai ekonomi keluarga kita terpuruk untuk bersungguh-sungguh dalam
menunutut ilmu dan apakah kita harus menunggu dari keluarga kita yang sangat
kita cintai meninggalkan kita terlebih dulu sebelum melihat kita anak-anaknya
sukses/berhasil dan dapat membahagiakan mereka !
Yaa Merekalah orang tua kita yang telah melahirkan kita, yang
telah merawat kita dengan kasih sayangnya dan yang telah mencari nafkah/rezeki
untuk menafkahi keluarga dan menyekolahkan kita. Pastilah diri kita tidak ingin
semua itu terjadi, oleh karena itu haruslah bagi kita para penuntut ilmu untuk bersungguh-sungguh
dan bersabar dalam menuntut ilmu, dan kita juga harus bisa memanfaatkan
waktu kita dengan sebaik baiknya agar kelak nanti kita bisa menjadi orang-orang
yang sukses/berhasil dunia akhira dan dapat membahagiakan mereka semua. Sebagaimana
yang dikatakan oleh : Sayyid Dr. Abdul Mun’im ibn Ash-Shiddiq kepada
para penuntut ilmu agar dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya yaitu:
Kalian para penuntut ilmu di tanah maghrib ini
harus memanfaatkan waktu dengan baik. Kalian harus menyempatkan waktu untuk
mengulang pelajaran selepas kuliah minimal dua jam baik dengan cara membuat
ringkasan pelajaran ataupun dengan cara menghafalkannya. Ini memang berat di
awal, demi Allah saat akan memulainya ini akan terasa sangat berat. Namun
tatkala sudah berlalu tiga atau empat hari, kalian akan terbiasa. (sumber : Ma’had Jawi)
3.Memakannya/menikmatinya
Dan yang terakhir dalam hal memasak mie instan adalah
kita tinggal memakannya ataupun menikmatinya dengan hati yang sangat
berbunga-bunga dan sangat gembira, begitu pula dengan perjuangan dan perjalanan
hidup pastilah setelah kita melalui banyak hal, seperti kita dituntut untuk bersabar
karena begitu banyaknya bumbu-bumbu kehidupan yang dituangkan kepada
hamba-hambanya oleh Sang Pencipta dan pastilah diakhir perjalan/perjuangan itu
ada sebuah hasil berupa kesuksesan/keberhasilan
dunia akhirat yang sangat diharapkan oleh semua orang.
Sebagaimana yang sudah saya paparkan diatas tidaklah ada
yang instan di muka bumi ini, apalagi untuk mencapai sebuah kesuksesan/keberhasilan pasti sangatlah tidak instan
karena :
·
Seinstan instannya mie instan tidaklah instan.
·
Tidurlah jika
ingin Bermimpi dan bangunlah untuk Meraihnya.
·
Bersegeralah
sebelum semuanya terlambat karena
penyesalan datangnya selalu diakhir.
Semoga dengan wasilah mie instan yang tak seinstan namanya
ini dapat mengantarkan kita ke pintu kesuksesan/keberhasilan Dunia Akhirat
adapun apabila ada kata-kata yang benar itu datangnya dari Allah SWT Gusti nu
maha Agung dan kesalah itu murni dari diri saya pribadi sekian dan terima
kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar