![]() |
Oleh Muhammad Ihsan Mahbub |
Kesultanan Demak bediri di pantai utara Pulau Jawa kompilasi masa - masa Majapahit menuju keruntuhan, yaitu awal abad ke - 15 dan merupakan kesultanan pertama yang dibangun di tanah Jawa. Tak heran Mengapa Demak berada di wilayah kekuasaan Majapahit yang notabene kerajaan Hindu - Buddha lebih memilih agama Islam, sebab daerah - daerah di pantai utara pulau Jawa sering disinggahi pedagang Islam yang kemudian memulai pengajaran Islam untuk para penduduk sekitar.
Dalam pelajaran sejarah di sekolah kita didoktrin untuk yakin bahwa
kerajaan Islam tertua di Jawa adalah Demak, Dengan Raden Patah sebagai Raja
pertama. Tidak cukup itu, kita didoktrin pula untuk yakin bahwa Raden Patah
adalah anak durhaka karena menyerang ayah kandungnya, Majapahit, Karena ayahnya
bukan pemeluk agama Islam. Melalui penyerangan besar-besaran yang didukung oleh
wali songo, kerajaan Majapahit pun runtuh untuk selamanya. Sejarah dengan latar
belakang konflik inilah Yang secara sistematis diwariskan kolonial Belanda
kepada anak-anak bangsa Indonesia melalui sekolah. Maka konflik seolah menjadi
cara peralihan kekuasaan bangsa ini,” kata Sejarawan NU, Agus Sunyoto dalam
Bukunya Atlas Wali Songo, Juni 2016 lalu. Lantas bukti sejarah apa yang
bisa meluruskan?. Agus dalam Buku Atlas Wali Songo menyatakan Kerajaan
Lumajang berdiri awal abad 12 . Ketua PP Lesbumi NU itu dengan gamblang
menyampaikan hasil penemuannya yang bertolak dari artefak dan ideofak yang bisa
dilacak. Sebagaimana disebut dalam “Prasasti Mula Malurung” bahwa ada
Kerajaan bernama Lumajang yang merupakan bagian dari Kerajaan Singasari, yang
dirajai oleh Naraya Kirana, puteri Prabu Seminjngrat Wisnuwardana.
Naraya Kirana memiliki putra bernama Arya Wiraraja yang mengabdi
sebagai Demung di Singasari. Arya Wiraraja oleh keturunannya Arya Pinatih di
Bali diyakini beragama Islam. Terbukti setiap tahun makam Arya Wiraja diziarahi
oleh keturunannya yang muslim.
Adanya Kerajaan Lumajang juga bisa dibuktikan lewat “Situs
Biting” di Dusun Biting Desa Kutorenon Kecamatan Sukadana Kabupaten Lumajang
Jawa Timur yang sudah dibicarakan oleh J. Magmen tahun 1861.
Tahun 1920, A. Muhlenfeld seorang Belanda melakukan penggalian dan
pendokumentasian Situs Biting. Tapi tak dipublikasikan secara besar-besaran,
berbeda kepada hasil penemuan situs-situs Candi Hindu, Budha, reruntuhan
Keraton, pintu gerbang dan prasasti.
Situs Biting pun hilang dari sentuhan penelitian. Namun tahun 1982,
Kantor Dikbud Lumajang melakukan proses rekontruksi dan penggalian kembali
Situs Biting berdasar laporan dari Balai Arkeologi Yogyakarta.
Ditemukan adanya sisa-sisa dinding benteng kuno dengan struktur
bangunan dari bata dan temuan wadah gerabah, fragmen keramik serta reruntuhan
yang berasal dari abad ke-14 sampai 20 masehi yang tersebar diarea sangat luas
sekira 135 hektar. Bangunan yang paling mengesankan adalah bekas tembok benteng
dengan panjang 10 kilometer, lebar enam meter dan tinggi 10 meter.
Kawasan Situs Biting ditafsirkan sebagai kawasan Ibu Kota Kerajaan
Lumajang yang dipimpin Prabu Arya Wiraraja yang makamnya masih diziarahi sampai
sekarang.
Dengan ditemukannya situs purbakala beserta artefak-artefak serta
toponim-toponim nama tempat ini, harusnya penelitian yang lebih intensif
dilakukan dalam rangka menguak keberadaan kerajaan Lumajang, yang merupakan
kerajaan tertua di Jawa. Sehingga sejarah kebesaran bangsa dapat diketahui oleh
siapa saja terutama bagi para pelajar di sekolah dini sebagai keagungan dan
kemuliaan peradaban agung leluhur bangsa.
Wallahu a'alam bi sawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar