![]() |
Ole Ridwan Kamal |
Maroko dikenal sebagai
salah satu negara yang terkenal dengan keindahan alamnya yang secara geografis
berada di ujung utara Gurun Sahara. Negara ini pun dijuluki dengan negara
seribu benteng, mengingat banyaknya benteng-benteng yang terbentang di semenanjung
pesisir pantai di berbagai daerah. Di samping alam yang indah, adat dan budaya
negara seribu benteng ini pun tak kalah bagusnya. Pakaian khas tradisional juga
makanan-makanan yang kental dengan budaya sekitar membuatnya terasa berada di
tanah peninggalan tokoh fiksi aladdin dan jinnya. Meskipun tak semua tampak
seperti dulu, namun tetap saja nuansa di negeri ini memberikan kesan
tersendiri.
Saat ini Maroko pun
dikenal sebagai negara Arab yang kental khazanah keislamannya. Mulai dari banyaknya
zawiyah sampai sekarang yang dulunya menjadi pusat pengembangan islam di tanah
ini. Padahal, berkembangnya Islam di negeri yang berbatasan dengan Aljazair dan
Mauritania ini telah melalui fase yang cukup panjang. Sebelum Islam masuk, Maroko
hanyalah sebuah wilayah yang keadaan masyarakatnya terbelakang. Saat itu
wilayah yang sempat dikuasai Kekaisaran Romawi, lalu beralih ke tangan Vandals,
Visigoth, dan Imperium Bizantium itu cukup memerihatinkan dari berbagai sisi
kehidupannya.
Namun masa kelam itu
secara perlahan berakhir tatkala cahaya Islam mulai menyinari negeri ini pada
abad tujuh masehi. Pada 670 M, Uqba Ibnu Naif, seorang dai Islam sekaligus
utusan dari Dinasti Umayyah, memimpin pasukan Islam memasuki wilayah tersebut.
Peradaban tinggi Islam pun akhirnya menyinari negeri yang terletak di antara
Laut Mediteranea, Sahara, dan Samudra Atlantik itu. Namun, berkembangnya Islam
di negeri ini bukan tanpa rintangan. Pasukan Islam butuh sekitar 53 tahun untuk
menguasai sepenuhnya daerah tersebut. Dan butuh satu abad untuk berasimilasi
dengan penduduk asli tersebut, suku barbar.
Maroko semula dikuasai
oleh bangsa barbar, daerah pesisir yang dikenal dengan nama Maroko berada di
bawah kekuasaan Phoenician dan Carthaginian dari dari tahun 10-3 SM. Keduanya,
Phoenician dan Carthaginian menggunakan pantai tersebut untuk urusan
perdagangan dengan negaranegara di sekitar Iberian Peninsula atau Semenanjung
Iberian.
Saat Romawi mulai ekspansi
wilayah kekuasaan ke Afrika Utara pada tahun 1 SM, pertama kali mereka mengambil
Pelabuhan Mediterania dan tidak masuk hingga daratan. Namun, Provinsi
Mauritania Tingitana berdiri di bagian selatan dari semenanjung itu. Invasi
kaum Vandal di awal tahun 5 M sebagian besar melalui Maroko yang berhadapan
langsung dengan negara makmur sekarang yang dikenal dengan Tunisia. Ada invasi
berikutnya yang kali ini dilakukan oleh Visigoths pada 6 M. Islam dibawa masuk
ke Maroko oleh para penyerang Arab hingga ke wilayah timur jauh dari Afrika
Utara di tahun 684. Dan, perubahan dari bangsa barbar menempati peran penting
pada penaklukan Islam atas Spanyol.
Doktrin Schismatic oleh
Khawarijism, yang menyangkal budaya Arab murni di awal masa Islam, menyebabkan
percekcokan internal pada pertengahan tahun 8 M. Setelah Maroko dikuasai penuh
Dinasti Umayyah, pimpinan dinasti tersebut yakni Musa bin Nusair, mengangkat
Tariq bin Ziyad sebagai gubernur Maroko. Saat itu terjadi revolusi sosial ke
arah positif. Warga suku barbar semakin harmonis, segala peraturan Islam yang
bersumber dari Alquran dan hadis mulai di terapkan dalam segala aspek
kehidupan, perekonomian dan kesejahteraan masyarakat meningkat, ilmu
pengetahuan pun berkembang cukup pesat.
Ketika kekuasaan Dinasti
Umayyah digulingkan Dinasti Abbasiyah, Maroko pun menjadi wilayah kekuasaan
Abbasiyah. Perubahan kekuasaan itu memunculkan dinasti kecil di Maroko namun
tetap berpusat pada Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Pada 172 H/789 M, berdirilah
Kerajaan Idrisiy, Dinasti Syiah pertama yang didirikan Idris I bin Abdullah
seorang keturunan Ali bin Abi Thalib. Padahal, Abbasiyah merupakan dinasti yang
beraliran Sunni. Lima tahun memimpin, Idris I pun terbunuh kemudian digantikan
Idris II. Pada masa kekuasaan Idris II inilah Dinasti Idris melepaskan diri
dari Dinasti Abbasiyah.
Idris II sukses menjadikan
Maroko sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Dan
sejak pada masa inilah pusat pemerintahan dipindahkan dari Walila, ke Fez.
Dinasti ini berakhir pada 364 H/974 M. Pasca wafatnya Idris II, para penerusnya
tak cukup memiliki kekuatan, kecuali Yahya bin Muhammad dan Yahya IV.
Bahkan di bawah kekuasaan
Yahya IV ini Dinasti Idrisiyah mencapai puncak kejayaannya. Lalu setelah
Dinasti Idrisid tumbang, bangsa Arab mulai kehilangan pengaruh politiknya di
Maroko. Dinasti Fatimiah yang beraliran Syiah memanfaatkan kondisi tersebut. Hingga
Dinasti yang berbasis di Kairo-Mesir itu berhasil mengambil alih kekuasaan
hingga 1171 M.
Ketika Dinasti Fatimiah
kehilangan kendali atas Maroko, muncul Dinasti Al-Murabitun yang berpusat di
Marrakech sebagai penggantinya. Kekuasaannya mencakup Gunung Sahara, Afrika
barat laut, dan Spanyol. Dinasti Fatimiah mengalami masa keemasan saat dipimpin
Ibnu Tasyfin. Ia mengirimkan 100 kapal, 7.000 tentara berkuda serta 20 ribu
tentara saat diminta Mu'tad bin Ibad, raja Sevilla untuk melawan tentara
Kristen yang ingin melenyapkan Islam di Eropa. Dalam pertempuran itu, pasukan
Islam menang gemilang dan berjaya di Spanyol hingga empat abad lamanya. Setelah
kekuasaan Murabitun jatuh, Maroko dikendalikan Dinasti Al-Muwahhidun (1121-1269
M).
Pada masa kepemimpinan Abu
Ya'kub Yusuf bin Abdul Mu'min (1163-1184 M), kota Marrakech menjadi salah satu
pusat peradaban Islam di bidang sains dan sastra, serta menjadi pelindung kaum
Muslimin untuk mempertahankan Islam dari serangan dan ambisi Kristen
Spanyol. Dinasti ini juga ikut membantu Salahudin Al-Ayubi melawan tentara
Kristen dalam Perang Salib.
Pasca runtuhnya Dinasti
Al-Muwahhidun, Maroko dikuasai beberapa Dinasti seperti; Dinasti Marrin,
Dinasti Wattasi (1420-1554 M), Syarifiyah Alawiyah (1666 M), Abdul Qadir Al-
Jazairy (1844 M), dan Sultan Hasan I (1873 M1894 M). Pada abad 20, Maroko
berada di bawah kekuasaan Prancis, sebelum akhirnya merdeka pada 18 November
1956. Hingga kini, selain anggota Organisasi Konferensi Islam, Maroko yang
penduduknya mahir berbahasa Arab dan Prancis itu pun terdaftar sebagai anggota
Franco Phonie (negara-negara penutur bahasa Perancis).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar