Pergi seorang diri ke arah timur di sepanjang wilayah Afrika Utara, setelah beberapa pekan yang akhirnya Ibnu Battutah bertemu sekelompok kawan seperjalanan dan bersama para pedagang Ifriqiya (Afrika), ia akhirnya tiba di pelabuhan Aljir. Dalam perjalanannya menuju Makkah, ia sempat mengunjungi negeri Mesir, Palestina dan Suriah hingga hampir satu setengah tahun lamanya barulah ia bisa tiba ke tanah suci untuk melasanakan ibadah haji.
Perjalanan terus
berlanjut menuju Asia kecil (Turki sekarang), Semenanjung Krimea (Ukraina
sekarang), dan Sungai Volga selatan (bagian selatan Rusia sekarang), lalu
menuju timur, seperti: Khawarizm, Bukhara, Kurdistan, Afganistan, dan
India. Di India ia tinggal selama dekade dan kemudian ia menuju ke
Kepulauan Maladewa hingga sampai ke pulau Sumatera dan singgah di kerajaan Samudera
Pasai (kini Aceh) pada masa kesultanan malik Az-zahir. 2 pekan lamanya ia
menjadi tamu sultan masa itu, hingga akhirnya ia melanjutkan kembali perjalanan
ke negeri Tiongkok dengan perbekalan yang cukup dari sang sultan. Sama halnya
dengan negeri negeri lain yang ia kunjungi, tak hanya sekedar singgah untuk
bersenang senang menikmati keindahan negeri, banyak hal baru yang ia pelajari
dari perjalanannya. Mulai dari sistem politik yang berbeda beda, banyaknya suku
dan budaya yang ia jumpai, serta beberapa kemajuan hidup di beberapa negeri
yang ia singgahi.
Hampir setengah dari
hidupnya ia habiskan untuk berpergian mengelilingi dunia, perjalanan panjang
yang dimulai pada tahun 1325 M dan akhirnya kembali ke Tangier tahun 1347 M
yang sebelumnya ia sempatkan untuk melaksanakan ibadah haji keduanya ke kota
Makkah. Tak hanya sampai disitu, pada tahun berikutnya Ibnu Battuta kembali
melanjutkan perjalanannya melintasi Selat Gibraltar untuk tiba di kerajaan
Islam di Granada. Pada 1353, beliau melakukan perjalanan terakhir dengan
rombongan unta melintasi Gurun Sahara menuju ke Kerajaan Mali di kawasan Sudan,
Afrika Barat. Hingga pada 1355, Ibnu Battuta kembali menetap di Maroko.
Rihlah Ibnu Batutah
adalah rihlah yang paling luar biasa daripada semua pendahulunya.Jika
dikalkulasi, total jarak perjalanan yang ditempuh Ibnu Batutah selama safarnya
kurang lebih 120.000 Km dengan 44 negara yang kurang lebih ia singgahi.
Perjalanan yang pada akhirnya dicatat oleh juru tulis kerajaan Maroko masa itu
atas anjuran sultan Abu Inan Faris dari Bani Marin. Ibn Juzay akhirnya
menyelesaikan tulisannya dengan judul "Tuḥfatun Nuẓẓār fī Gharāʾibil
Amṣār wa ʿAjāʾibil Asfār", yang lebih dikenal dengan "Rihlah
Ibn Battutah", banyak menjadi rujukan hingga ke negeri barat sana.
Lama perjalanan yang
ia tempuh, dengan berbagai pengalaman serta cobaan ia lewati, hingga akhirnya
nafas pun berhembus pada tahun 1368/1369 M di tanah kelahiran, Tanger. Berakhir
sudah kisah hidup sang musafir, yang kisah perjalanannya menjadi keterangan penting
kehidupan orang orang abad ke 14 kala itu. Tak sedikit pula yang mencari, jilid
jilid buku banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa, hingga akhirnya dunia
menyadari bahwa sosok Ibnu Battutah telah memberikan secercah bukti kehidupan
manusia di bumi masa itu.
Allahua'lam
bisshowab...
Referensi:
wikipedia.org. Ibnu Batutah. Diakses 22 juni 2020,
dari: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Batutah.
Dunn, E. Rose. 2011. Petualangan Ibnu Batutah: seorang
musafir abad ke 14. Yayasan perpustakaan obor Indonesia.
Republika.co.id. (06 Dec 2016). Jejak perjalanan Ibnu
Batutah. Diakses 22 juni 2020, dari:
https://m-republika-co-id.cdn.ampproject.org/v/s/m.republika.co.id/amp/ohq693313?amp_js_v=a3&_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#aoh=15927691481271&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Frepublika.co.id%2Fberita%2Fohq693313%2Fjejak-perjalanan-ibnu-battuta
Kisah muslim. Rihlah Ibnu Batutah. Diakses 22 juni
2020, dari: https://kisahmuslim.com/6435-rihlah-ibnu-batutah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar