Kuta, 13 Oktober2002
“Ma, Made kemarin nggak sholat” celetukku
disuatu siang.
“Made siapa, Nak?” timpal Mama sembari
mengernyitkan dahi.
“Teman sekolah Nada,Ma...”
“Oh,Made? dia memang nggak sholat,Nak”
“Kan kata Mama kalo nggak sholat
nanti nggak disayang Allah?”
“Tuhan Made berbeda dengan Tuhan kita, Nak...”
ucap Mama dan mulai mengelus kepalaku.
“Kan kata MamaTuhan itu satu?”
“Begini sayangku, Tuhan memang satu. Tuhan
yang Mama, Nada, Abang dan Ayah percaya. Tapi, keluarga Made beda sayang. Mereka
percaya kepada hal yang lain”
“Ma, Nada pusing. Mama bicaranya
kecepetan” protesku.
“Hmm, Nada duduk dulu sini, Mama pangku”
“Nada percaya nggak unicorn itu
ada?”
“Iya, unicorn ada di atas awan Maaa”
ucapku bersemangat.
“Hmm, Mama nggak percaya kalau unicorn
itu ada”
“Kok gitu?! Unicorn itu ada Maaa”
aku protes tidak terima.
“Mama lebih suka naga. Nada percaya naga
itu ada?”
“Naga serem, Maaa. Nada nggak
suka!”
“Hmm, jadi Nada sama Made juga seperti
itu, kita percaya pada Tuhan yang berbeda. Makanya dia nggak sholat, Nak”
“Hmm, jadi Made nggak disayang Allah
dong, Ma? Nada nggak mau main lagi sama Made!”
“Nggak sama bukan berarti benci
kan, Nak? Katanya Nada suka main sama Made? katanya Made baik?”
“Iya sih Ma. tapikan, kata Mama kalo Allah
nggak sayang sama kita, nanti kita nggak masuk surga?”
“Made punya caranya sendiri buat
membuktikan kalau dia sayang sama Tuhannya, Nak...”
“Oh, gimana caranya? Kan dia nggak sholat...?”
“Pernah lihat dia pergi ke Pura?”
“Iya, setiap dia kesana Nada nggak
boleh ikut, Mah...”
“Nah, begitu cara dia sayang Tuhannya”
“Nada sayang Allah nggak?”
“Iya!”
“Makanya, Nada yang rajin sholat
ya, Nak”Mama mencium pucuk kepalaku.
“Pengeboman telah terjadi semalam di daerah
Kuta Bali. Insiden ini terjadi pukul 23:15 malam” Tiba-tiba suara televisi
terdengar keras dari ruang tengah.
“Ma, itu kenapa Ma?”
“Nak, nanti kalau Nada sudah gede, tetap
jadi anak baik ya. Jangan lupa sayangi semua makhluk Allah, ya, Nak”
“Memangnya kenapa yang di TV itu, Ma?”
“Orang dewasa kadang suka lupa
menyayangi sesama makhluk ciptaan Allah, nak” kata Mama.
Saat itu, aku bahkan tak begitu paham. Yang
kutahu berita itu menyedihkan. Karena kulihat airmata di sudut mata Mama.
###
Kuta, 12
Oktober 2020
Made, aku kembali. Terlalu banyak hal
yang berubah di tempat kita lahir ini, ya? cafe dan tempat souvenir bertebaran.
Turis yang menjamur di setiap sudut. Oh, jangan lupa anak kecil yang berlalu-lalang
sembari bermain layang-layang. Bali indah. Selalu indah, kan? tak peduli berapa
banyak polusi yang telah mencemarinya.
Masih ingat pohon belakang sekolah? tempat
kita biasa main peran setiap jam istirahat. Sebelum bertemu denganmu, aku pergi
kesana dan melihatnya. Pohon itu ternyata masih kokoh berdiri. Pak Bambang juga
masih mengajar di sekolah kita. Bercerita mungkin memang hobi beliau. Terlalu
banyak hal yang kami bicarakan. Tentang Wayan yang sudah menikah. Sekolah yang
perlu banyak renovasi dan masih banyak lagi. Aku bertaruh jika kau di posisiku
pasti sudah menggerutu. Haha.
Sekarang, aku telah membayar janjiku
untuk tetap mengunjungimu setiap tahun. Aku masih ingat. Menangis tersedu saat
ikut menaburkan abumu di sini. Tempat ini indah, Made. Tak seperti Jakarta. Aku
selalu iri padamu. Sepertinya aku perlu mempertimbangkan untuk kembali tinggal di
Bali. Made sayang, untuk kesekian kalinya tolong maafkan orang-orang yang telah
melakukan hal ini padamu. Mungkin mereka belum paham sepenuhnya apa itu kasih
sayang dan mungkin juga mereka telah lupa ajaran Tuhannya. Maafkan kami, Made.
Made, aku pamit dulu ya. Selamat bertemu
lagi di 12 Oktober. Aku sayang kamu. Selalu.
*Nuraga : simpati atau berbagi
rasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
19:27
Rabat, 20 Oktober 2020
Ifadhun Nada
Mmfft.
BalasHapusTiba2 alurnya mbanting. Bikin nyesek Ning.