Aku
tidak tau kaki ini akan melangkah kemana, suasana hari itu terlihat gelap,
rintik ringan air hujanpun berjatuhan mengenai tubuh ini. Aku tidak memedulikan
apapun, dipikiranku hanya tertuju akan satu masalah, mataku sendu, hatiku
kosong. Hanya bisa berjalan pasrah menerobos rintikan air yang tak terhitung
jumlahnya,mengikuti kaki ini yang tiba-tiba membawaku sampai di depan sebuah
cafe. Aku terdiam sejenak, berusaha untuk bisa merasakan suasana disana.
Ku
menarik nafas sambil memejamkan mata, kemudian menghembuskannya. Mataku yang
sendu dan sedikit bengkak akibat terlalu banyak mengeluarkan air mata, berusaha
untuk bisa melihat sekeliling, berusaha untuk memandang kedalam cafe. Sedikit
buram namun tampak jelas.
Lalu-lalang
orang-orang sibuk yang melepas lelah sepulang kerja, beberapa orang yang sedang
fokus dengan laptopnya, maupun orang-orang yang sedang tertawa bahagia,
bercanda ria, serta mengobrol bersama teman atau kekasihnya memadati cafe
tersebut. Bisingan suara mesin mobil silih berganti menyelimuti suasana pada saat
itu. Ramai tapi hampa
Ku berusaha menguatkan kakiku untuk melangkah maju, masuk
ke dalam cafe tersebut. Didalamnya, mataku langsung tertuju pada salah satu
kursi yang selalu kutempati. Kursi yang selalu menjadi favoritku, selalu duduk
disana, melakukan segala kegiatanku sambil memesan segelas cappucino. Ya,
selalu kursi itu dan segelas cappucino.
Aku pun bergegas duduk di kursi itu, tak lupa aku juga
memesan segelas cappucino, untuk melengkapinya. Sambil menunggu pesanan, aku
memutar playlist di spotifyku. Pikiranku menjadi kosong, bahkan aku tidak tau
mengapa aku bisa sampai di tempat ini., Aneh.
Kemudian
aku teringat akan sebuah nama yang berinisialkan "N". Dia adalah
mantanku yang sudah sejak 2 minggu lalu meninggalku, dengan sebab yang tak
jelas dan susah untuk dimengerti. Tiba-tiba saja terputar dengan jelas semua
memoriku bersamanya di masa lalu. Indah, menyenangkan, tetapi juga menusuk
dalam satu waktu.
Rasa
kecewa langsung datang menguasai tubuh dan jiwa ini. Bertubi-tubi pertanyaan
tanpa jawaban masuk kedalam benakku "mengapa engkau meninggalkanku, hah?!
Bukankah sebelumnya engkau telah berjanji untuk saling menyelesaikan masalah
dengan baik tanpa adanya perpisahan?". Dasar pembohongbesar.
Aku
terus berpikir dan berpikir, menyalahkan diri sendiri, dan terus berusaha untuk
mengingat dengan detil apa yang telah ku perbuat padanya. Menyakitkan. Ini
terlalu menyakitkan. Dia yang selama ini telah menyakitiku. Mengingat fakta,
sejujurnya diriku juga yang telah lelah bersamanya. Aku lelah dengan sikap dan
sifatnya kepadaku, aku lelah dia selalu melakukan kesalahan dan meminta maaf,
kemudian mengulanginya. Aku lelah selalu percaya kepadanya. Aku lelah akan
semua itu, "sebenarnya". Tapi aku selalu bertahan. Aku selalu bisa
meredam semua dan memakluminya, berharap ia akan berubah sewaktu-waktu. Bodoh
memang. Iya, cinta membuatku bodoh dan tak berdaya. Membutakan segalanya hingga
aku terlalu jatuh jauh kedalam lubang cintanya. Selalu ingin mempertahankannya
dan tidak ingin berpisah dengannya. Tanpa memikirkan perasaanku.
Namun
kau lihatkan sekarang? Bagaimana endingnya? Siapa yang terlebih dahulu
meninggalkanku? Sudah puaskah engkau? Puaskah engkau membuatku seolah olah
terbang dan menari-nari di atas awan kemudian engkau jatuhkan begitu saja ke
tanah? Bukan tanah kurasa. Karena ini telalu menghancurkanku. Hancur lebur tak bersisa.
Cukup.
Tidak ada harapan lagi dalam hidupku. Aku sudah muak dengan segala hal yang
berbau cinta, cinta itu menyakitkan, menghancurkanmu dan membuatmu gila,
percaya atau tidak. Oleh sebab itu kuingin menyudahi semuanya. Benar-benar
menyudahinya. Mulai saat itu aku berjanji kepada diriku sendiri untuk tidak
akan pernah berurusan dengan sesuatu yang bernamakan cinta. Tidak akan pernah!
Tujuan hidupku hanya untuk menimba ilmu dan membanggakan kedua orang tuaku.
Selesai.
....
![]() |
Illustration by : Pinterest |
Hari-hari
berjalan lambat dan menyiksa tanpanya. Sulit sekali bagiku untuk sehari saja
tidak memikirkannya. Hal-hal kecil yang sedang kujalani selalu mengingatkanku
padanya. Lalu kembali lagi perasaan itu. Perasaan kesal, sedih, marah, hancur,
sakit dan terkhianati, kembali mengikatku. Membuatku selalu terhenti dalam satu
keadaan, seperti lumpuh dalam ruangan kedap oksigen. Tak bisa bergerak bahkan bernafas.
Ingin segera kulepaskan semua memori tentangnya dan hanya fokus pada kehidupan
yang kujalani sekarang. Tapi ini terlalu sulit. Ibarat tali tak terarah yang
mengikat dengan sangat kuat. Sulit untuk dilepaskan juga dipecahkan.
Hatiku
luluh lantah, kosong, dan menghitam. Sepertinya aku hidup tanpa hati. Biarpun
itu ada, aku sudah tidak dapat merasakannya lagi. Separah itu. Trauma hebat
yang aku alami ini akankah terus membuatku menderita? Apakah ini hukuman tuhan
karena telah mencintai hambanya begitu dalam? Sangat tidak adil. Aku yang
berjuang namun aku pula yang tersakiti. Begitu kejam siksaan ini.
Setiap
hari aku berjalan dengan kehampaan diri serta hati yang mati. Terasa aneh,
seperti bukan diriku. Satu persatu wanita datang menghampiriku, mungkin dengan
maksud ingin menyembuhkan luka yang terakhir kalinya ditorehkan oleh si
"N". Luka yang begitu parah hingga aku tak bisa merasakan apapun
lagi, bahkan rasa sakit. Seperti mati rasa. Tapi memang mati rasa. Sulit bagiku
untuk merasakan hangat serta bahagianya cinta lagi. Aku tidak dapat merasakan
apa-apa lagi sehingga mereka yang datang kepadaku untuk menawarkan warna-warni
cinta selalu berujung penolakan. Untuk apa mewarnai hati yang sudah berwarna
hitam, bukan?
...
Tak
terasa, setahun sudah hidupku berjalan dengan penuh kegelapan. Menyusuri gelap
dan dinginnya lorong kehidupan dengan banyaknya tumbuhan berduri tanpa tau
lorong itu akan membawamu kemana. Hanya do’a dan harapan yang dapat membawamu
ke jalan keluar. Jalan keluar yang memberikanmu seberkas sinar. Sinar untuk
dapat merasa hidup lagi. Aku sudah berada di jalan itu. Jalan yang mulai tampak
terang dan hangat, aku bisa merasakannya. Ya, setahun sudah aku mulai terbiasa
tanpanya dan aku mulai bisa melupakan keberadaannya. Bangga atas diriku yang lemah
selama ini. Ternyata aku tidak selemah dugaanku. Aku mulai menjalani
hari-hariku seperti biasanya, mungkin rasanya seperti terlahir kembali, namun
dengan beberapa karakter yang sedikit kuubah. Tidak banyak, namun ada.
Hingga
suatu saat dikala hatiku yang masih mati rasa dan hitam ini, tiba tiba saja
secara tidak sengaja kembali memerah dan hidup dikarenakan satu wanita. Aku
tidak memiliki alasan yang jelas tentang perasaan ini. Yang jelas perasaan ini
mengatakan ada yang berbeda dari dirinya dan itu tidak bisa kuungkapkan.
Akankah aku akan tertarik dengannya? Akankah aku akan jatuh kembali dalam
lubang yang sama atau lebih dalam? Kita lihat saja nanti bagaimana endingnya.
–END–
Tidak ada komentar:
Posting Komentar