Pada tanggal 12 September 2006, Paus Benediktus XVI menyampaikan sebuah kuiliah
umum di Aula Magna, Universitas Regensburg, Jerman dengan tajuk “Faith,
Reason, and the University Memories and Reflections”. Dalam Lecture of
the Holy Father tersebut, Ia mengutip sebuah dialog antara Kaisar Bizantium
Manuel II Paleologus (1350-1425) dan seorang cendekiawan Persia yang
membicarakan perihal Kristen
dan Islam, dan kebenaran keduannya. Pembahasan dalam dialog mereka
berkisar antara sturktur keimanan dalam Al-Quran dan Bible, hubungan eksistensi Tuhan dan Manusia, serta
relasi antara tiga kitab suci dua agama tersebut sebagai pedoman hidup:
Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Al-Quran (Libreria E. Vaticana, 2006). Masih mengutip perkataan sang kaisar,
Paus Benediktus XIV menyampaikan kutipan kritik sang kaisar berikut ini:
“Show me just what Mohammed brought that was new, and there you will
find things only evil and inhuman, such as his command to spread by the sword
the faith he preached”
Meskipun Paus Benediktus XIV mengklarifikasi bahwa apa yang ia katakan
hanyalah sebuah kutipan dari perkataan Kaisar Manuael II Paleologus, namun kutipan
yang ia sampaikan tersebut dinilai sensitif dan berbahaya oleh sebagian kalangan
serta menimbulkan berbagai reaksi, terutama dari umat Islam sendiri (AP, 2015).
Reaksi Umat Islam
Satu tahun pasca perkuliahan umum Paus Benediktus XIV, pada 13 Oktober 2007,
atas inisiatif seorang anggota kerajaan Yordania Ghazi bin Muhammad, 138 tokoh
Muslim dari berbagai kalangan menandatangani surat terbuka bersejarah yang
bertajuk “A Common Word between Us and You” yang ditunjukkan kepada Paus
Benediktus XIV serta Keuskupan Agung Kristen di seluruh dunia (Volf dkk., 2010; Sheila Musaji, 2007). Selain sebagai bentuk respons, surat
terbuka itu bermaksud menjadi pelecut spirit pertukaran intelektual dan dialog
antar agama (The ACW Letter, 2007).
Diantara tokoh muslim yang menandatangani surat terbuka tersebut yaitu Syekh
Abdullah bin Bayyah, Prof. Dr. Farouq Hamadah, Syekh Muhammad Sa’id Ramadan
al-Buti, al-Habib Ali Masyhur bin Salim bin Hafidz, al-Habib Umar bin Muhammad
bin Salim bin Hafidz, Syekh Ahmad Badruddin Hassoun, al-Habib Ali Zainal Abidin
Al-Jufri, Syekh Prof. Dr. Ali Goma, Prof. Dr. Ahmad Muhammad al-Tayeb, Prof.
Dr. Syekh Wahbah Mustafa al-Zuhayli, Prof. Dr. Mohammad Farouk al-Nabhan dan tokoh-tokoh
muslim lain dari berbagai kalangan termasuk akademisi, rektor, pejabat
pemerintah, dan mufti (The ACW Letter, 2007).
Esensi Surat
Secara eksplisit, ajakan kepada a common word atau kalimah sawā’ dalam surat itu berangkat
dari satu ayat dalam surah Ali Imran yaitu:
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ
سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ
بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ
اللّٰهِ ۗ
Ayat tersebut merupakan satu Ayat al-Quran yang dituliskan oleh Nabi
tatkala ia berkorespondensi dengan raja Najasyi (614-631 M), raja al-Muqawqis (628-642
M), dan raja Heraclius (575-641 M) semasa gencatan senjata dengan kaum Quraisy
Makkah yang disebut Sulh al-Hudaybiyyah (rekonsiliasi Hudaybiyyah) di
tahun ke 6 Hijriyyah (Safiur Rahman Mubarakpuri,
t.t.).
Sejalan dengan hal ini, esensi dari surat itu mendeskripsikan komparasi
persamaan antara apa yang ada dalam Al-Quran, Perjanjian Lama, dan Perjanjian
Baru. Oleh sebab itu surat ini diberi tajuk “A Common Word between Us and
You” di samping tajuk tersebut diambil dari petikan ayat dalam surat Ali
Imran sebagaimana disebutkan diatas (Volf dkk., 2010).
Terdapat tiga poin utama dalam surat tersebut: Love of God, Love
of Neighbour, dan Come to A Common Word beetween Us and You. Bagian Love
of God dan Love of Neighbour membahas perihal konsep kasih terhadap
Tuhan dan kasih terhadap sesama dari kedua agama dengan mengutip dalil dari
Al-Quran, Hadis, Perjanjian, dan Perjanjian Baru: Al-Baqarah: 165, Al-‘Ankabut:
61-63, Ibrahim 32-34, Al-Taghabun: 1, Al-An’am: 162-164, Sifir/Injil Markus 12:29-31,
Lukas:27-28, Joshua 22:5, Matius 22:38-40, Shema: Deutoronomy:6:4-5, Matius
22:34-40, Markus 12:29-31
Kemudian surat itu ditutup dengan bagian Come to A Common Word Between
Us and You. Suatu ajakan persuasif yang menyimpulkan bahwa kendati Islam
dan Kristen merupakan agama yang berbeda, namun kitab suci dari kedua agama itu
memiliki relasi untuk cinta Tuhan dan cinta sesama sehingga dari sini sebuah kesamaan
terbangun (The ACW Letter, 2007). Hingga sampai pada satu pernyataan
tertulis “As Muslims, we say to Christians that we are not against them and
that Islam is not against them —so long as they do not wage war against Muslims
on account of their religion, oppress them and drive them out of their homes”
dengan mengutip dari surah Al-Mumtahanah ayat 8 yang menjadi basis toleransi
antar umat beragama:
لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ
يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ
تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu
dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku
adil.” (Q.S 60:8)(Kemenag, t.t.)
Vis-à-vis dengan pertanyaan sebelumnya, tertulis dalam surat itu “Is
Christianity necessarily against Muslims?”. Hal ini dijawab dengan mengutip
sabda Yesus dalam perjanjian baru: “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku
dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan” (Matius,
12:30), “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita”. (Markus,
9:40), “Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di
pihak kamu”. (Lukas, 9:50)(Alkitab Sabda, t.t.).
Respons Kristen
Sambutan baik sebagai respon dari surat itu datang dari berbagai kalangan
termasuk Uskup Agung Canterbury, mantan PM Inggris Tony Blair, akademis Cambridge,
dan lain sebagainya (Volf dkk., 2010). Paus Benediktus XIV sendiri menanggapi tatkala
ia berkunjung ke Yordania dengan mengatakan bahwa surat itu menjadi inisiatif
untuk memupuk semangat saling memahami, menghormati dan toleransi antara Krsisten
dan Islam melalui perintah dari kitab suci kedua agama (Donadio, 2009).
Refleksi Surat A Common Word between Us and You
Kristen dan Islam merupakan dua agama besar di dunia. Pew Research mengkalkulasi bahwa penduduk
muslim dan kristen menyumbangkan total lebih dari 50% populasi dunia
berdasarkan agamanya (NW dkk., 2015). Sebelumnya, Huntington dalam tesis
terkenalnya Clash of Civilization memberikan pandangan bahwa akan adanya
potensi konflik dunia barat -yang didominasi oleh Kristen, dengan peradabaan
dunia lain termasuk Islam (Fasial A.M, 2020). Dari sini, harmonisasi hubungan antara Islam dan Kristen sangat diperlukan
dan akan mampu menciptakan perdamaian dunia
sebagaimana hal ini termaktub dalam pembukaan di surat tersebut (Abdullah, 2016). Hal ini mempertegas posisi agama yang
tidak lagi menjadi sesuatu yang privat dan tidak sepenuhnya jauh dari ruang
publik. Bahkan, Jürgen Habermas (2008) mempopulerkan terma
“pasca-sekularisme” sebagai bentuk kompromi masyarakat modern terhadap
meningkatnya peran agama dalam masyarakat. Oleh sebab itu, eksistensi otoritas
keagaman dalam instrumen kebijakan publik tidak bisa dianggap sebelah mata.
Di negara dengan mayoritas muslim, kita mengenal instrumen kebijakan publik
berbasis keagamaan berupa fatwa yang dikeluarkan oleh majelis ulama. Meskipun hanya
bersifat i’lām bukan ilzām (baca: bersifat tidak mengikat), namun fatwa
memiliki pengaruh kuat di tengah masyarakat sebagai acuan dan pedoman dalam
kehidupan sehari-hari (Ibn Bayyah, 2012). Selain itu, sebuah studipun menemukan
bahwa kebijakan luar negeri Amerika Serikat di Timur Tengah banyak dipengaruhi
oleh kalangan kristen Evangelis dan menegaskan keberadaan faith factor
dalam opini publik dan perpolitikan Amerika secara menyeluruh (Jody C Baumgartner dkk,
2008). walhasil tidak heran jika dalam isu perubahan
iklim pun otoritas keagamaan dilibatakan sebagaimana hal ini terjadi dalam pertemuan
“Faith and Science: Towards COP26” pada 4 Oktober 2021 di Vatikan (Pullella, 2021).
Di satu sisi sebagai muslim, surat tersebut membuat kita tahu landasan
toleransi sebenarnya yang disebutkan dalam Al-Quran yaitu surah Almumtahanah
ayat 8 sebagaimana yang tertulis dalam surat terbuka itu. Satu yang penulis
perhatikan bahwa surat tersebut tidak mencantumkan surah Alkafirun yang mana di
diktat Madrasah Tsanawiyyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), untuk pelajaran akidah
maupun pelajaran agama Islam di sekolah umum jamak ditemukan bahwa landasan
dari toleransi antar umat beragama berasal dari surah Alkafirun. Ditinjau dari asbāb an-nuzūl surah Alkafirun diriwayatkan bahwa sekelompok non-muslim
Makkah yang dipimpin oleh Walid bin Mughiroh dan ‘As bin Wail mendatangi
Rasulullah bermaksud untuk menawarkan kepada rasulullah harta dan “barter
kepercayaan”. Mereka bersedia memberikan harta berlimpah dan menjadikan nabi
sebagai orang paling tajir serta akan menikahkan Nabi dengan gadis paling
cantik jelita dari kaum mereka dengan syarat nabi meninggalkan dakwah dan
ajaran Islam yang ia anut. Nabi menolak tawaran itu. Kemudian mereka menawarkan
nabi satu hal lagi dengan tawaran satu hari nabi menyembah tuhan mereka dan
satu hari mereka menyembah tuhan nabi. Lantas, nabi menolak dengan teguh pada
prinsip agamanya dan sebagai respon atas mereka turunlah surah Alkafirun yang
secara tegas memerintahkan untuk tetap teguh pada prinsip agama masing-masing (Muhammad Bin Jarir
Al-Tabari, 2000). Keteguhan prinsip beragama yang ada
dalam surah Alkafirun berjalan berkelindan dengan perintah berbuat baik kepada
pemeluk agama lain, selagi mereka tidak berbuat opresif.
Penutup
Surat terbuka A Common Word between Us and You berusaha untuk mengetengahkan
isu enemisasi Islam dan Kristen demi menghindari konflik berkelanjutan antar
dua agama dengan pemeluk terbesar pertama dan kedua di dunia. Dalam hal ini,
otoritas keagamaan beserta para tokoh dan pemuka agama sangat berperan penting
untuk mewujudkan hal tersebut dengan cara menebar narasi-narasi keagamaan yang
menyejukkan demi tercapainya perdamaian dan kemaslahatan. Penggunaan media
sosial secara bijak untuk menyaring dan menebar informasi keagamaan harus pula
didasari oleh kesadaran akan pentingnya perdamaian sehingga tidak terpercik api
permusuhan baik antar agama mau antar kelompok internal keagamaan.
Membahas isu toleransi dan kerukunan antar-umat beragama memang tidak ada
habisnya karena memiliki keterkaitaitan dengan kehidupan manusia. Dengan mengutip
perkataan Muhammad Abdullah Draz dalam bukunya ad-Dīn mengatakan bahwa manusia
itu asīru fikrah wa ‘aqīdah (selalu terikat
dengan gagasan dan keyakinan) sebagaimana hal ini diamini dalam Al-Quran surah Arrum
ayat 30. (Mohammad Abdullah Draz, 2016).
Referensi
Abdullah, M. A.
(2016). Divinity and Humanity in Islam and Christianity: A Post-acw Reading of
the Qur’an. Exchange, 45(2), 141–153.
https://doi.org/10.1163/1572543X-12341398
Alkitab Sabda. (t.t.). Alkitab SABDA. Diambil 11 Oktober 2021,
dari https://alkitab.sabda.org/home.php
AP. (2015, Maret 25). Religious Leaders Across Mideast Rage Against
Pope’s Comments on Islam [Text.Article]. Associated Press; Fox News.
https://www.foxnews.com/story/religious-leaders-across-mideast-rage-against-popes-comments-on-islam
Donadio, R. (2009, Mei 8). Pope Says He Has ‘Deep Respect’ for
Muslims. The New York Times.
https://www.nytimes.com/2009/05/09/world/middleeast/09jordan.html
Fasial A.M. (2020, Oktober 26). Hubungan Internasional Pasca-Sekular:
Sebuah Prospektif. Kontekstual.
https://kontekstual.com/hubungan-internasional-pasca-sekular-sebuah-prospektif/
Ibn Bayyah, ʻAbd Allāh ibn al-Shaykh al-Maḥfūẓ. (2012). Ṣinā’ah
al-Fatwā wa Fiqh al-Aqalliyyāt (al-Ṭabʻah al-ūlá). al-Rābiṭah al-Muḥammadīyah
lil-ʻUlamāʼ.
Jody C Baumgartner dkk. (2008). A Clash of Civilizations? The
Influence of Religion on Public Opinion of U.S. Foreign Policy in the Middle
East. 61(2), 171–179.
Jürgen Habermas. (2008). Notes on Post-Secular Society. 25(4),
17–29.
Kemenag. (t.t.). Qur’an Kemenag. Diambil 10 Oktober 2021, dari
https://quran.kemenag.go.id/
Libreria E. Vaticana. (2006). Apostolic Journey to München,
Altötting and Regensburg: Meeting with the representatives of science in the Aula
Magna of the University of Regensburg (September 12, 2006) | BENEDICT XVI.
https://www.vatican.va/content/benedict-xvi/en/speeches/2006/september/documents/hf_ben-xvi_spe_20060912_university-regensburg.html#_ftn3
Mohammad Abdullah Draz. (2016). Ad-Dīn. Hindawi Publisher.
Muhammad Bin Jarir Al-Tabari. (2000). Tafsīr al-Ṭabarī Jāmi’
al-Bayān. Muassasah Al-Risalah (Maktabah Syamilah Haditsah).
https://al-maktaba.org/book/43/14537#p2
NW, 1615 L. St, Washington, S. 800, & inquiries, D. 20036
U.-419-4300 | main202-419-4349 | fax202-419-4372 | media. (2015, April 2).
Religious Composition by Country, 2010-2050. Pew Research Center’s Religion
& Public Life Project.
https://www.pewforum.org/2015/04/02/religious-projection-table/
Pullella, P. (2021, Oktober 4). Pope, other religious leaders issue
pre-COP26 appeal on climate change. Reuters.
https://www.reuters.com/world/europe/pope-world-religious-leaders-issue-pre-cop26-appeal-climate-change-2021-10-04/
Safiur Rahman Mubarakpuri. (t.t.). Al-Raḥiq al-Makhtūm. Diambil
12 Oktober 2021, dari https://al-maktaba.org/book/9820/315#p1
Sheila Musaji. (2007). Muslim Scholars Appeal to Christian Scholars
for Dialogue and Peace—“A Common Word.”
http://www.theamericanmuslim.org/tam.php/features/articles/unprecedented_plea_from_muslim_to_christian_scholars_on_eve_of_eid/
The ACW Letter. (2007). The ACW Letter | A Common Word Between Us
and You. https://www.acommonword.com/the-acw-document/
Volf, M., Ghazi bin Muhammad, & Yarrington, M. (Ed.). (2010). A
common word: Muslims and Christians on loving God and neighbor. W.B.
Eerdmans Pub. Co.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar